Selasa, 19 Januari 2016

Wiro Sableng #162 : Badai Laut Utara

Wiro Sableng #162 : Badai Laut Utara Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : SI CANTIK GILA DARI GUNUNG GEDE

TIGA penunggang kuda memperlambat lari tunggangan masing-masing ketika mencapai sebuah mata air di kaki Gunung Gede sebelah timur. Saat itu sang surya baru saja menggelincir dari titik tertinggi-nya udara yang sejuk di kawasan itu membuat terik cahaya matahari tidak terasa menyengat.
Penunggang kuda sebelah depan, seorang kakek berjubah kuning, berwajah merah seperti udang rebus dan cuma punya satu alis yaitu di atas mata kiri henti-kan kuda dekat mata air diikuti dua temannya. Dari peralatan penutup mata serta tanda-tanda pada pelana yang dimiliki tiga ekor kuda besar agaknya ke tiga penunggangnya bukan orang-orang sembarangan. Paling tidak mempunyai hubungan tertentu dengan Kerajaan di wilayah timur.

"Jika melanjutkan perjalanan dengan berlari, kurasa akan lebih cepat sampai di puncak gunung. Kita bisa meninggalkan kuda di tempat ini. Ada air, banyak rumput. Kelihatannya juga cukup aman. Bagaimana pendapat ki sanak berdua?" Si jubah kuning yang di Keraton Jawa Tengah dikenal dengan panggilan Lor Sakti Alis Tunggal bertanya pada dua temannya.

... baca selengkapnya di Wiro Sableng #162 : Badai Laut Utara Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Minggu, 17 Januari 2016

Sayap Yang Kerdil

Sayap Yang Kerdil Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Ini adalah kisah yang dialami oleh sebuah keluarga burung. Si induk menetaskan beberapa telor menjadi burung-burung kecil yang indah dan sehat. Si induk pun sangat bahagia dan merawat mereka semua dengan penuh kasih sayang.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Burung-burung kecil inipun mulai dapat bergerak lincah. Mereka mulai belajar mengepakkan sayap, mencari-cari makanan untuk kemudian mematuknya.

Dari beberapa anak burung ini tampaklah seekor burung kecil yang berbeda dengan saudaranya yang lain. Ia tampak pendiam dan tidak selincah saudara-saudaranya. Ketika saudara-saudaranya belajar terbang, ia memilih diam di sarang daripada lelah dan terjatuh, ketika saudara-saudaranya berkejaran mencari makan, ia memilih diam dan menantikan belas kasihan saudaranya. Demikian hal ini terjadi seterusnya.

Saat sang induk mulai menjadi tua dan tak sanggup lagi berjuang untuk menghidupi anak-anaknya, si anak burung ini mulai merasa sedih. Seringkali ia melihat dari bawah saudara-saudaranya terbang tinggi di langit. Ketika saudara-saudarnya dengan lincah berpindah dari dahan satu ke dahan yang lain di pohon yang tinggi, ia harus puas hanya dengan berada di satu dahan yang rendah. Ia pun merasa sangat sedih.

Dalam kesedihannya, ia menemui induknya yang
... baca selengkapnya di Sayap Yang Kerdil Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Sabtu, 16 Januari 2016

Wiro Sableng #18 : Pendekar Pedang Akhirat

Wiro Sableng #18 : Pendekar Pedang Akhirat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : DI NEGERI TIONGKOK/CHINA

Mungkin ini adalah malam yang paling mengerikan bagi Wiro Sableng selama dia menginjakkan kaki dalam rimba persilatan Tiongkok. Segala sesuatunya gelap, hitam memekat. Hujan turun dengan lebat, angin bertiup dingin mengeluarkan suara aneh tiada hentinya. Sekali-sekali guntur menggeledek dan di kejauhan terkadang terdengar suara lolongan liar serigala hutan.

Dalam keadaan basah kuyup Wiro berusaha mencari perlindungan. Saat itu dia berada di lereng sebuah bukit gundul, sekitar 100 lie dari tembok besar.

"Hujan gila!" memaki Wiro. Dia lari terus. Dalam kepekatan itu di kejauhan dilihatnya satu bayangan hitam sebuah bangunan. Dia tak dapat memastikan bangunan apa adanya itu, namun Wiro segera menuju ke sana. Sesaat kemudian, bila dia sampai ke tempat tersebut ternyata klenteng yang sudah tidak terpakai lagi, Wiro mendekam di bawah atap klenteng yang miring.

Hawa dingin baginya bukan apa-apa tetapi perut yang kosong keroncongan betul-betul merupakan siksaan.

Sekilas kilat menyambar. Bumi sekejapan terang lalu gelap lagi. Ketika sekali lagi kilat berkiblat tiba-tiba sepasang mata Wiro yang tajam melihat sebuah batu empat persegi yang tebalnya hampir tiga jengkal, lebar dua meter dan panjang tiga meter. Batu ini menutupi hampir separuh dari bagian depan klenteng itu.

Meskipun dia tak m
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #18 : Pendekar Pedang Akhirat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Selasa, 05 Januari 2016

Sekuntum Bunga Kamboja

Sekuntum Bunga Kamboja Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Mengayuh sepeda tua berpuluh-puluh mil jauhnya, bersandar di bahu angin jalanan yang panas, berkelok-kelok medan terjal dan sekarung beras mengiringi kayuhan sepeda tuanya.

Pagi buta menyambar keriputnya kulit bapak hari itu, seolah tak heran dengan kebiasaannya membangunkanku dengan ketukan pintu pada pukul 3 pagi, inilah rutinitas keluarga kami pada saat fajar menjemput. Ya, mencari batu kali yang tak seberapa untuk menambal beban hidup.

Angin semilir menusuk ragaku yang masih ngantuk mengharuskanku untuk pegi ke kali mencari batu untuk di jual, ini sebenarnya pekerjaan selingan bapak disamping ngebecak, tapi bapak kali ini sedang tak enak badan dan harus mengantarkan batu yang sudah di kumpulkan ke kota untuk di jual sembari menarik becak, kebetulan mbak mus tetangga kami juga hendak ke kota jadi bapak sudah bawa penumpang dari rumah, ‘setidaknya pagi-pagi sudah bawa rejeki’ ucap bapak. Bergelut dengan keadaan mengharuskanku untuk tetap tegar, melihat bapak yang sudah tidak muda lagi harus menanggung ini semua tanpa ibu berada di sisi kami. Tanpa keluhan yang mendalam bapak rela menjalani ini semua demi kebahagiaan anak-anaknya.

“kuliahmu bagaimana?” bapak selalu bertanya seperti itu ketika bapak hendak pergi ke kota.
“Baik kok pak, ga
... baca selengkapnya di Sekuntum Bunga Kamboja Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Entri Populer